Isa Al Masih tidak meninggal di kayu salib.
Beliau hanya pernah mengalami bahaya penyaliban namun akhirnya diselamatkan oleh
Allah dengan cara diserupakan kondisinya sebagai orang mati dengan cara pingsan.
Jadi Isa Al Masih tidak meninggal disalib melainkan selamat dan tetap hidup,
bahkan sampai usia lanjut.
Keterangan bahwa
kehidupan Isa Al Masih berlanjut sampai usia lanjut dapat kita baca dari
keterangan Al-Qur'an surat Ali Imran/3:46.
"Dia dapat berbicara
dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan ketika sesudah
dewasa."
Kamus Bahasa Arab
"Munjid fil Lughati wal Adabi" mengartikan "kahlan" sebagai
"man kaanat sinnu 'umrihi bainal tsalatsina wal khamsina taqriban"
(seorang yang berusia kurang 30-50 tahun).
Al Imam
Raghib, seperti dikutib Saleh A. Nahdi (Bibel dalam Timbangan, PT Arista
Brahmatyasa, 1994, h. 20) mengatakan bahwa "kahlan" sebagai "man
wakhatahu syaib" (orang yang rambutnya bercampur dengan yang putih karena
usianya yang lanjut).
Adapun bukti-bukti
sejarah bahwa Isa Al Masih hidup sampai usia lanjut,
diantaranya:
-
Dalam usia lanjut yang dimulai antara 40-50 tahun, Yesus masih memberikan pengajaran. Masa hidup tadi disaksikan bukan saja oleh para penginjil melainkan juga oleh semua pemimpin-pemimpin gereja yang datang ke Asia bersama Yahya yang menyampaikan riwayat itu kepada pemimpin-pemimpin gereja adalah Yahya sendiri (C.R. Gregory, Canon and the New Testament).
-
James Moffat: Pemuda-pemuda gereja di Asia percaya kematian Yesus itu terjadi di zaman Kladius tahun 41-50. Papias sendiri mengatakan bahwa pada usia tersebut Yesus masih mengajar.
Pertanyaan
selanjutnya adalah, dimanakah beliau menjalani masa-masa kehidupannya sampai
usia lanjut dan dimakamkan?
Jawaban atas
pertanyaan tersebut dapat kita dapatkan dari penjelasan Al-Qur'an surat Al
Mu'minun/23:50:
"Dan kami telah jadikan
(Isa) putra Maryam beserta ibunya suatu bukti yang nyata hagi (kekuasaan Kami),
dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak terdapat
padang-padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir
".
Dimanakah tempat
yang oleh ayat ini disebut "suatu tanah tinggi yang datar yang banyak terdapat
padang-padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang
mengalir"?
Seperti dikutip
H.M. Josoef Sou'yb (Isa Al Masih Sudah Mati?, PT Al Husna Zikra, 1994, Cet. 1,
h. 20-26), di antara para pakar merujuk bahwa tempat itu adalah dataran tinggi
pada bukit sebelah Barat Laut Mati, Palestina, yaitu biara tempat kediaman sekte
Esenes. Tempat ini dikenal dengan Bukit Qumran.
"Pada dataran
deretan bukit batu yang membujur di sebelah Barat Laut Mati itu terdapat suatu
dataran luas ... pada dataran itu menonjol sekelumit runtuhan dinding
tembok."
"Pere de Vaux
dengan stafnya, demikian Edmund Wilson di dalam bukunya Dead Sea Scrolls edisi
1956 H. 55-71, yang melakukan penggalian dan menemukan reruntuhan suatu biara
besar denga ruangan-ruangan yang luas. Di bawahnya dijumpai pttla enam saluran
air tapi kini sudah kering."
"Diantara biara
besar pada dataran tinggi itu dengan pinggir Laut Mati, demikian Edmund Wilson,
tampak terdapat lebih seribu kuburan .... Di antara seluruh kuburan yang digali
itu maka hanya ada satu jenazah saja yang punya "keistimewaan" yaitu memakai
keranda. Dan diantara seluruh jenarah itu terdapat jenazah seorang wanita
(ingat, penghuni biara/bukit Qumran hanya kaum laki-laki."
Satu jenazah yang
mempunyai keistimewaan dengan keranda dan satu jenazah seorang wanita itu
tidak lain adalah jenazah Isa Al Masih dan ibundanya Siti Maryam yang hidup dan
meninggal serta dimakamkan dibukit Qumran.
Mengapa data-data
penting ini terkesan tidak banyak diungkap. Mudah menjawabnya. Karena ada
pihak-pihak tertentu yang berkepentingan dengan soal ini. Hal ini, misalnya
dapat kita cermati dari fenomena naskah Gulungan Laut Mati (Dead Sea Scrolls),
yang terletak di gua Qumran, sekitar 10 mil sebelah Timur Yerussalem yang
menyimpan sekitar 800 macam fragmen dokumen yang ditulis sekitar tahun 200 S.M.
sampai tahun 50 M dalam bahasa Ibrani, Yunani, dan Aram (bahasa sehari-hari yang
dipakai Yesus), di antaranya terdapat 127 dokumen ayat-ayat Bibel juga kitab
suci Apokriba (kitab yang tidak boleh dibaca oleh umat Kristen). Sejak
penemuannya pada tahun 1947 oleh seorang gembala domba Badui sampai selama empat
dekade berikutnya, banyak rahasia gulungan yang disembunyikan oleh kelompok
kecil sarjana yang menguasai dokumen tersebut. Namun penyembunyian itu berakhir
bulan September 1991, ketika sebuah lembaga penelitian di California yang
menyimpan empat set fotografi koleksi Dead Sea Scrolls, mulai mengizinkan para
sarjana yang berkepentingan untuk menelitinya. Bahkan komentar Frank M. Cross,
editor naskah Gulungan Laut Mati dan seorang pakar bahasa Ibrani dan Barat di
Harvard university, memperingatkan bahwa akses tanpa batas pada naskah gulungan
itu akan membongkar misteri yang aneh di sekitar Al Kitab, seperti kitab Tobit,
Sirakh dan Yobel (yang apokripa bagi pemeluk Katolik dan Protestan) (Dr.
Muhammad Ataur Rahim, Misteri Yesus daktrn sejaralt, Pustaka Da'I,
1994).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar