Islam pada prinsipnya tidak melarang
perdagangan, kecuali ada unsur-unsur kezaliman, penipuan, penindasan dan
mengarah kepada sesuatu yang dilarang oleh Islam. Misalnya memperdagangkan arak,
babi, narkotik, berhala, patung dan sebagainya yang sudah jelas oleh Islam
diharamkan, baik memakannya, mengerjakannya atau
memanfaatkannya.
Semua pekerjaan yang diperoleh dengan
jalan haram adalah suatu dosa. Dan setiap daging yang tumbuh dari dosa (haram),
maka nerakalah tempatnya. Orang yang memperdagangkan barang-barang haram ini
tidak dapat diselamatkan karena kebenaran dan kejujurannya. Sebab pokok
perdagangannya itu sendiri sudah mungkar yang ditentang dan tidak dibenarkan
oleh Islam dengan jalan apapun.
Ini tidak termasuk orang yang
memperdagangkan emas dan sutera, karena kedua bahan tersebut halal buat
orang-orang perempuan. Justru itu mereka ini kelak di hari kiamat tidak akan
dibangkitkan dalam golongan pendurhaka yang ditempatkan di neraka
Jahim.
Pada suatu hari Rasulullah s.a.w. keluar
ke tempat sembahyang, tiba-tiba dilihatnya banyak manusia yang sedang
berjual-beli. Kemudian Rasulullah memanggil mereka: Hai para pedagang! ...
Mereka pun lantas menjawab dan mengangkat kepala dan pandangannya. Maka kata
Rasulullah:
"Sesungguhnya pedagang kelak di hari kiamat akan dibangkitkan sebagai pendurhaka, kecuali orang yang takut kepada Allah, baik dan jujur." (Riwayat Tarmizi, Ibnu Majah dan Hakim. Kata Tarmizi: hadis ini hasan sahih)Dari Watsilah bin al-Asqa' ia berkata: "Rasulullah pernah keluar menuju kami --sedang kami adalah golongan pedagang-- maka kata beliau: 'Hai para pedagang, hati-hati kamu jangan sampai berdusta.'" (Riwayat Thabarani)
Untuk itu seorang pedagang harus
berhati-hati, jangan sekali-kali dia berdusta, karena dusta itu merupakan bahaya
(lampu merah) bagi pedagang. Dan dusta itu sendiri dapat membawa kepada
perbuatan jahat, sedang kejahatan itu dapat membawa kepada
neraka.
Di samping itu hindari pula banyak
sumpah, khususnya sumpah dusta, sebab Nabi Muliammad s.a.w. pernah
bersabda:
"Tiga golongan manusia yang tidak akan dilihat Allah nanti di hari kiamat dan tidak akan dibersihkan, serta baginya adalah siksaan yang pedih, salah satu di antaranya ialah: Orang yang menyerahkan barang dagangannya (kepada pembeli) karena sumpah dusta." (Riwayat Muslim)"Dari Abu Said ia berkata: Ada seorang Arab gunung berjalan membawa seekor kambing, kemudian saya bertanya kepadanya: Apa kambing itu akan kamu jual dengan tiga dirham? Ia menjawab: Demi Allah tidak! Tetapi tiba-tiba dia jual dengan tiga dirham juga. Saya utarakan hal itu kepada Nabi, maka kata Nabi: Dia telah menjual akhiratnya dengan dunianya." (Riwayat Ibnu Hibban)
Di samping itu si pedagang harus
menjauhi penipuan, sebab orang yang menipu itu dapat keluar dari lingkungan umat
Islam.
Hindari pula pengurangan timbangan dan
takaran, sebab mengurangi timbangan dan takaran itu membawa celaka, seperti
firman Allah: Wailul lil muthaffifin (celakalah orang-orang yang mengurangi
takaran).
Dan hindari pulalah dari penimbunan,
sehingga Allah dan RasulNya tidak akan membiarkan dia begitu
saja.
Terakhir, hindarilah perbuatan riba.
Karena sesungguhnya Allah akan menghancurkannya.
Seperti tersebut dalam hadis yang
mengatakan:
"Satu dirham uang riba dimakan oleh seseorang, sedangkan dia tahu (bahwa uang tersebut adalah uang riba), akan lebih berat (siksaannya) daripada tigapuluh enam kali berzina." (R iwayat Ahmad)
Penjelasan satu persatu persoalannya
ini, insya Allah akan kami terangkan nanti di bab Mu'amalat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar