Powered By Blogger

Minggu, 26 Mei 2013

Nasehat untuk Para Fanatis dan Pecandu Sepak Bola



Berikut ini, kami akan memberikan nase­hat kepada para fanatis dan pecandu sepak bola.
Sepak bola menurut sebagian manusia, ta­hukah anda apa itu sepak bola? Sesungguhnya sepak bola adalah candu yang telah mencam­puri akal atau benak para generasi masa kini. Demi sepak bola, meletuslah perang dan per­tempuran, korban-korban jatuh bergelimpa­ngan. Demi keagungan sepak bola banyak para istri yang diceraikan, terputus tali kekerabatan dan seseorang tega membunuh saudaranya dengan pisau….la haula wa laa quwwata ilia billah..!!

Pada hari berlangsungnya pertandingan antara kesebelasan yang tangguh, seolah-olah perang yang sangat hebat telah diumumkan. Dikibarkan baginya bendera-bendera, disebarluaskan melalui siaran-siaran, disiapkan berba­gai ragam stasiun televisi. Para suporter menyi­apkan batu-batu, pisau-pisau, genderang, te­rompet, lagu-lagu (yel-yel, pent), sorak-sorai serta teriakan-teriakan yang kuat!

Begitu selesai pertarungan yang sengit dan dahsyat, seiring dengan kalahnya salah sa­tu kesebelasan, dengan segera pertarungan itu berpindah ke rumah-rumah, sekolah-sekolah, kantor-kantor, kafe-kafe, pada masyarakat kecil dan besar. Akhirnya perang tersebut mereng­gut banyak korban dari dua belah pihak. Sesu­dah reda kemarahan dan kesengsaraan, dimu­lai lagi perang berikutnya dengan pertandingan kedua... dan seterusnya.

Apabila anda mencoba untuk berdiskusi dengan salah seorang pecandu sepak bola, ma­ka ia akan mengatakan kepada anda dengan penuh kesombongan, "Sesungguhnya aku ada­lah seorang olah ragawan"!!

Inilah kisah kami bersama sepak bola -sebuah permainan yang didustakan- dan inilah gambaran dari permainan yang palsu, sebagaimana yang telah dilihat oleh para pemuda kita.
Adapun jika melihat gambaran yang haki­ki dari permainan ini -apabila kita memahami tujuan-tujuan Islam dan manhaj (metode) dalam membangun masyarakat-, kita akan mendapat­kan bahwa permainan sepak bola termasuk permainan yang direkomendasikan oleh Islam dan ajarannya. Karena permainan ini adalah suatu institusi yang mengajarkan berbagai macam pelajaran tentang persatuan dan kesa­tuan bukan perpecahan dan pengelompokkan, pelajaran tentang kasih sayang dan bukan per­musuhan serta angkara murka. Permainan ini menekankan bahwa tujuan-tujuan tersebut tidak akan terealisasi dengan baik, kecuali de­ngan ruh (semangat) kebersamaan dan bahwa­sanya manusia adalah makhluk sosial.

Saya akan bertanya kepada orang yang mengibarkan bendera kefanatikan dan tidak faham tentang olah raga kecuali sekedar namanya saja, yaitu dengan pertanyaan: Mampukah seorang pemain yang egois memasukkan bola ke gawang lawan dengan sendirian walaupun hebat kemampuannya? Sekali-kali tidak, ka­rena bola akan membentur kakinya dan akan dikuasai oleh kelompok (kesebelasan) lain. Ke­lompok yang dapat memasukkan gol-gol yang bersih adalah kelompok yang berpegang teguh pada ruh kebersamaan. Apakah kita sadar ter­hadap pelajaran yang bersumber dari sekolah sepak bola yang dengannya kita bersikap fana­tik? Apakah para wasit dan suporter (dari ka­langan Islam) mengetahui bahwa ruh perpeca­han, perselisihan dan kediktatoran dalam pen­dapat dapat mengakibatkan kekalahan yang menyolok di setiap lapangan pertandingan?

Sangat disayangkan kita belum mendapat­kan pelajaran (yang berharga, pent). Kita telah membolak-balikkan kenyataan yaitu: Tujuan menjadi wasilah (perantara) dan wasilah menjadi tujuan. Kita terlanjur percaya dengan kulit, te­tapi lupa dengan isi. Kita terlalu memperhati­kan lahiriyah dan membuang batiniyah ke bela­kang punggung kita.

Apa makna, "Aku mengabdi pada klub dan fanatik terhadapnya?" Maknanya adalah bahwa aku adalah seorang yang memiliki pikiran yang dangkal, pandangan yang sempit, sifat egois dan kaku dalam pendapat, tidak faham sedikit pun tentang ruh olah raga kecuali tepuk tangan serta sorak-sorai belaka.

Sesungguhnya kami tidaklah membatasi anda dalam memberikan dukungan terhadap olah raga, akan tetapi ada perbedaan yang me­nyolok antara memberikan dukungan dengan fanatik. Dan perbedaan antara bahasa batu de­ngan bahasa ruh olah raga yang telah dipelajari yaitu, "Tersenyum ketika kalah dan bersikap tawadhu' disaat menang." Dan kita mengetahui bahwasanya hari-hari itu silih berganti.

Kita telah mengetahui bahwa hari-hari itu berputar, ada saatnya kita kalah dan ada sa­atnya kita menang. Terkadang kita menang terkadang kita kalah, terkadang kita susah dan terkadang kita senang.
Sesungguhnya Rasulullah صلي الله عليه وسلم telah memberikan contoh yang agungdalam ruh olah raga, maka alangkah baiknya kalau kita menerima pelajaran-pelajaran dan nasehat-nasehat tersebut. Dari Anas bin Malik رضي الله عنه, ia berkata, "Adlaba (Onta Nabi صلي الله عليه وسلم) adalah onta yang tidak dapat dikalahkan (larinya)," kemudian datang seorang Arab Badui yang berada di atas kendaraannya lalu mengalahkan/mendahului kendaraan Rasulullah صلي الله عليه وسلم. Maka kejadian ini seolah-olah menyulitkan para sahabat Nabi صلي الله عليه وسلم. Akan tetapi pendidik yang agung, Rasulullah صلي الله عليه وسلم memanfaatkan mo­mentum ini untuk mengajarkan kepada mereka tentang ruh atau jiwa olah raga dan mem­berikan kepada mereka suatu pelajaran bahwa menduduki posisi tertinggi di dunia tidak akan abadi bagi siapa pun juga. Kemudian beliau صلي الله عليه وسلم bersabda:

إِنَّ حَقَّا عَلَي اللهِ-عزوجل-أَلاَّيَرْفَعَ شَيْئَا إِلاَّ وَضَعَهُ

Sesungguhnya menjadi suatu yang haq bagi Allah, bahwa tidak ada sesuatu yang diangkat oleh Allah dari (urusan) dunia, kecuali akan dijatuhkan oleh-Nya.

Apakah kalian bisa memahaminya wahai para olah ragawan?

Saya memohon kepada Allah bagiku dan bagi orang-orang yang fanatik ampunan, kese­hatan dan kesembuhan dari setiap penyakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar