Berikut ini, kami akan memberikan
nasehat kepada para fanatis
dan pecandu sepak bola.
Sepak bola menurut sebagian manusia,
tahukah anda apa itu sepak
bola? Sesungguhnya sepak bola adalah candu yang telah mencampuri akal atau benak para generasi masa
kini. Demi sepak bola, meletuslah perang dan pertempuran, korban-korban jatuh
bergelimpangan. Demi
keagungan sepak bola banyak para istri yang diceraikan, terputus tali
kekerabatan dan seseorang tega membunuh saudaranya dengan pisau….la haula wa laa
quwwata ilia billah..!!
Pada hari berlangsungnya pertandingan antara
kesebelasan yang tangguh, seolah-olah perang yang sangat hebat telah diumumkan.
Dikibarkan baginya bendera-bendera, disebarluaskan melalui siaran-siaran,
disiapkan berbagai ragam
stasiun televisi. Para suporter menyiapkan batu-batu, pisau-pisau, genderang, terompet, lagu-lagu (yel-yel, pent), sorak-sorai serta teriakan-teriakan yang kuat!
Begitu selesai pertarungan yang sengit dan
dahsyat, seiring dengan kalahnya salah satu kesebelasan, dengan segera pertarungan itu berpindah ke
rumah-rumah, sekolah-sekolah, kantor-kantor, kafe-kafe, pada
masyarakat kecil dan besar. Akhirnya perang tersebut merenggut banyak korban dari dua belah pihak.
Sesudah reda kemarahan dan
kesengsaraan, dimulai lagi
perang berikutnya dengan pertandingan kedua... dan seterusnya.
Apabila anda mencoba untuk berdiskusi dengan
salah seorang pecandu sepak bola, maka ia akan mengatakan kepada anda dengan penuh kesombongan,
"Sesungguhnya aku adalah
seorang olah ragawan"!!
Inilah kisah kami bersama sepak bola -sebuah
permainan yang didustakan- dan inilah gambaran dari permainan yang palsu,
sebagaimana yang telah dilihat oleh para pemuda kita.
Adapun jika melihat gambaran yang
hakiki dari permainan ini
-apabila kita memahami tujuan-tujuan Islam dan manhaj
(metode) dalam membangun masyarakat-, kita akan
mendapatkan bahwa permainan
sepak bola termasuk permainan yang direkomendasikan oleh Islam dan ajarannya.
Karena permainan ini adalah suatu institusi yang mengajarkan berbagai macam
pelajaran tentang persatuan dan kesatuan bukan perpecahan dan pengelompokkan, pelajaran tentang kasih
sayang dan bukan permusuhan
serta angkara murka. Permainan ini menekankan bahwa tujuan-tujuan tersebut tidak
akan terealisasi dengan baik, kecuali dengan ruh (semangat) kebersamaan dan bahwasanya manusia adalah makhluk
sosial.
Saya akan bertanya kepada orang yang
mengibarkan bendera kefanatikan dan tidak faham tentang olah raga kecuali
sekedar namanya saja, yaitu dengan pertanyaan: Mampukah seorang pemain yang
egois memasukkan bola ke gawang lawan dengan sendirian walaupun hebat
kemampuannya? Sekali-kali tidak, karena bola akan membentur kakinya dan akan dikuasai oleh kelompok
(kesebelasan) lain. Kelompok yang dapat memasukkan gol-gol yang bersih adalah kelompok
yang berpegang teguh pada ruh kebersamaan. Apakah kita sadar terhadap pelajaran yang bersumber dari
sekolah sepak bola yang dengannya kita bersikap fanatik? Apakah para wasit dan suporter
(dari kalangan Islam)
mengetahui bahwa ruh perpecahan, perselisihan dan kediktatoran dalam pendapat dapat mengakibatkan kekalahan yang
menyolok di setiap lapangan pertandingan?
Sangat disayangkan kita belum
mendapatkan pelajaran (yang
berharga, pent). Kita telah membolak-balikkan kenyataan yaitu: Tujuan menjadi
wasilah (perantara) dan wasilah menjadi tujuan. Kita terlanjur percaya
dengan kulit, tetapi lupa
dengan isi. Kita terlalu memperhatikan lahiriyah
dan membuang batiniyah ke
belakang punggung
kita.
Apa makna, "Aku mengabdi pada klub dan fanatik
terhadapnya?" Maknanya adalah bahwa aku adalah seorang yang memiliki pikiran
yang dangkal, pandangan yang sempit, sifat egois dan kaku dalam pendapat, tidak
faham sedikit pun tentang
ruh olah raga kecuali tepuk tangan serta sorak-sorai belaka.
Sesungguhnya kami tidaklah membatasi anda
dalam memberikan dukungan terhadap olah raga, akan tetapi ada perbedaan yang
menyolok antara memberikan
dukungan dengan fanatik. Dan perbedaan antara bahasa batu dengan bahasa ruh olah raga yang telah
dipelajari yaitu, "Tersenyum ketika kalah dan bersikap tawadhu' disaat
menang." Dan kita mengetahui bahwasanya hari-hari itu silih berganti.
Kita telah mengetahui bahwa hari-hari itu
berputar, ada saatnya kita kalah dan ada saatnya kita menang. Terkadang kita menang
terkadang kita kalah, terkadang kita susah dan terkadang kita senang.
Sesungguhnya Rasulullah صلي الله عليه وسلم telah memberikan contoh yang agungdalam ruh olah raga, maka
alangkah baiknya kalau kita menerima pelajaran-pelajaran dan nasehat-nasehat
tersebut. Dari Anas bin Malik رضي الله عنه, ia berkata,
"Adlaba (Onta Nabi صلي الله عليه وسلم) adalah onta
yang tidak dapat dikalahkan (larinya)," kemudian datang seorang Arab Badui yang
berada di atas kendaraannya lalu mengalahkan/mendahului kendaraan Rasulullah
صلي الله عليه وسلم. Maka kejadian
ini seolah-olah menyulitkan para sahabat Nabi صلي الله
عليه وسلم. Akan tetapi pendidik yang agung, Rasulullah صلي الله عليه وسلم memanfaatkan momentum ini untuk mengajarkan kepada mereka tentang ruh atau jiwa
olah raga dan memberikan
kepada mereka suatu pelajaran bahwa menduduki posisi tertinggi di dunia tidak
akan abadi bagi siapa pun juga. Kemudian beliau صلي
الله عليه وسلم bersabda:
إِنَّ حَقَّا عَلَي اللهِ-عزوجل-أَلاَّيَرْفَعَ
شَيْئَا إِلاَّ وَضَعَهُ
Sesungguhnya menjadi suatu yang haq bagi
Allah, bahwa tidak ada sesuatu yang diangkat oleh Allah dari (urusan) dunia,
kecuali akan dijatuhkan oleh-Nya.
Apakah kalian bisa memahaminya wahai para olah
ragawan?
Saya memohon kepada Allah bagiku dan bagi
orang-orang yang fanatik ampunan, kesehatan dan kesembuhan dari setiap penyakit.
|
Minggu, 26 Mei 2013
Nasehat untuk Para Fanatis dan Pecandu Sepak Bola
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar