Ahmad dan Nurul bekerja di sebuah
perusahaan ternama di bagian customer care, di mana mereka bekerja untuk
menangani keluhan pelanggan perusahaan. Bagi Ahmad pekerjaannya begitu menyiksa
dirinya, setiap hari ia harus melayani keluhan demi keluhan sehingga membuat
dirinya menjadi begitu tertekan hingga akhirnya suasana itu membentuk karakter
dirinya, ia jadi begitu mudah marah, uring-uringan dan pekerjaan menjadi
berantakan bahkan hubungannya dengan sang isteri ikut terganggu. Lain halnya
dengan Nurul, buat dirinya pekerjaannya melayani komplain customer adalah
sebuah aktivitas yang menyenangkan. Menantang, katanya. Hasilnya, ia menjadi
lebih mampu memanage emosi dirinya dan meningkatkan kemampuannya berkoordinasi
dan berkomunikasi dengan bagian lainnya untuk mengatasi persoalan yang
timbul.
Bisa kita lihat perbedaan pilihan yang
dibuat oleh Ahmad dan Nurul pilihan untuk tertekan, stres, berkeluh kesahatau
memilih untuk berkembang melalui situasi yang ada. Dan ternyata setiap hari kita
selalu disuguhkan dengan yang namanya pilihan. Coba saja anda perhatikan, dari
sejak bangun tidur hingga kembali tidur, aktivitas kita selalu berbentuk
pilihan. Contohnya, pada pagi hari kita bisa memilih untuk bangun pagi atau
tetap bermalas-malasan di tempat tidur sehingga bangun kesiangan. Waktu
berangkat ke tempat kerja, kita bisa memilih jalur biasa yang panjang dan macet
atau jalur memotong dengan konsekwensi harus lewat jalan sempit dan banyak
lubang, kita bisa memilih ngebut atau jalan perlahan. Tinggal keputusan
kita untuk memilih mana yang kita inginkan. Terserah kita mau menentukan yang
mana, bebas saja.
Namun yang perlu dicermati adalah
konsekwensi dari pilihan tersebut yang tidak bisa kita tolak. Kembali ke contoh
di atas jika kita memilih untuk berada di posisi Ahmad maka hasilnya kita
menjadi tidak bisa berkembang dan justru malah membuat kita mundur dan membuang
begitu banyak energi. Sehingga menjadi sangat penting bagi kita untuk selalu
memikirkan konsekwensi pilihan kita.
Jika ada suatu waktu kosong segeralah
membuat pilihan yang membawa manfaat, hindari pilihan untuk santai, atau
mengobrol tidak menentu. Tanamkan dalam diri bahwa hari ini adalah “the best
time” untuk saya melakukan hal-hal produktif. Berkembang setiap hari dan selalu
melakukan yang terbaik.
Hindari ungkapan
seperti:
”Duh sengsaranya diri ini, gaji kecil,
hutang banyak, anak sakit, serasa runtuh dunia ini”
“Waduh, rapaaatttt melulu, kapan
istirahatnya, stres berat nih!”
“Dasar anak kecil, kerjanya nangis
melulu udah gitu main melulu rumah jadi berantakan nih!”
Padahal bisa jadi kita rubah pilihan
kita menjadi:
“Alhamdulillah masih gajian pelan-pelan
bisa lunasin hutang mudah-mudahan berkah dan Allah tambahkan
rezeki”
“Yes, seneng banget nih! Di rapat nanti
ketemu orang-orang penting jadi bisa belajar dari mereka”
“Sabar-sabar, memang sulit mengurus anak
tapi ini bisa jadi ladang amal dan belajar, sabar….”
Rasullulah SAW, walaupun sudah dijamin
oleh Allah SWT dari dosa-dosanya tetap memilih untuk bersungguh-sungguh
mengerjakan shalat tahajjud hingga bengkak kakinya. Padahal bisa saja beliau
memilih untuk tenang-tenang saja, toh tetap saja ketekunannya tidak
berubah.
Dengan memilih untuk menjadi bahagia
sebenarnya kita juga sedang mensyukuri karunia Allah yang telah diberikan kepada
kita. Ada yang tertarik untuk berbahagia setiap hari?
MZ Omar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar