Sedemikian
besarnya perhatian Islam yang mulia terhadap anak-anak yatim, maka barang-siapa
yang mengabaikan dan menelantarkan hak-hak mereka, Allah عزّوجلّ dan Rasul-Nya صلى الله عليه وسلم akan mengancam dan menghukumnya. Di inilah
ancaman yang tertera dalam al-Qur'an maupun as-Sunnah itu:
1.
Orang
yang mengabaikan hak-hak anak yatim, baik dengan cara menzaliminya atau tidak
mengurusinya adalah pendusta terhadap agama. Allah سبحانه و تعالى berfirman:
أَرَأَيْتَ
الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ. فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ
الْيَتِيمَ
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan
agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim.” (QS. al-Ma'un [107]: 1-2
)
Imam
Ibnu Katsir رحمه الله berkata, "Menghardik anak yatim adalah dengan cara
memaksanya, menzalimi haknya, tidak memberi makan, tidak pula berbuat baik
kepadanya."
2.
Orang
yang memakan harta anak yatim secara zalim termasuk salah satu dosa besar.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
اجْتَنِبُوا
السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ: الشِّرْكُ
بِاللَّهِ، وَالسِّحْرُ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا
بِالْحَقِّ، وَأَكْلُ الرِّبَا، وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ، وَالتَّوَلِّي يَوْمَ
الزَّحْفِ، وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ
الْغَافِلَاتِ
"Jauhilah oleh kalian tujuh dosa yang
menghancurkan!" Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, dosa apakah itu?" Beliau
menjawab, "Mempersekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan-Nya
kecuali dengan hak, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari dari medan
perang, menuding zina perempuan mukmin yang terjaga." (HR. al-Bukhari
Muslim)
3.
Orang
yang memakan harta anak yatim dengan cara zalim, bagaikan orang yang menelan api
dan Allah عزّوجلّ akan memasukkannya ke dalam nyala api
neraka. Allah سبحانه و تعالى berfirman:
إِنَّ
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوَالَ الْيَتَامَى ظُلْماً إِنَّمَا يَأْكُلُونَ فِي
بُطُونِهِمْ نَاراً وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيراً
“Sesungguhnya
orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu
menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang
menyala-nyala (neraka).” (QS. an-Nisa’ [4]: 10)
Demikianlah,
ajaran Islam memberi kedudukan yang amat agung kepada anak yatim dengan
memerintahkan kaum muslimin untuk berbuat baik dan memuliakan mereka. Kemudian
memberi balasan pahala yang besar bagi yang benar-benar menjalankannya, di
samping mengancam orang-orang yang bersikap acuh tak acuh atas nasib mereka,
apalagi semena-mena terhadap harta mereka.
Ajaran
yang mempunyai nilai sosial tinggi ini, hanya ada di dalam Islam. Bukan hanya
slogan dan isapan jempol belaka, tapi juga telah dipraktikkan oleh para sahabat
Nabi صلى الله عليه وسلم dan kaum muslimin sampai saat ini. Bahkan
pada zaman Nabi صلى الله عليه وسلم dan para sahabatnya, anak-anak yatim
diperlakukan sangat istimewa. Kepentingan mereka diutamakan daripada kepentingan
pribadi atau keluarga sendiri. Gambaran tentang hal ini, di antaranya dapat kita
lihat dari hadits berikut:
عَنْ
ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ لَمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ (وَلَا تَقْرَبُوا
مَالَ الْيَتِيمِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ) وَ (إِنَّ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ
أَمْوَالَ الْيَتَامَى ظُلْمًا) الْآيَةَ انْطَلَقَ مَنْ كَانَ عِنْدَهُ يَتِيمٌ
فَعَزَلَ طَعَامَهُ مِنْ طَعَامِهِ وَشَرَابَهُ مِنْ شَرَابِهِ فَجَعَلَ يَفْضُلُ
مِنْ طَعَامِهِ فَيُحْبَسُ لَهُ حَتَّى يَأْكُلَهُ أَوْ يَفْسُدَ فَاشْتَدَّ ذَلِكَ
عَلَيْهِمْ فَذَكَرُوا ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ (وَيَسْأَلُونَكَ عَنْ الْيَتَامَى قُلْ
إِصْلَاحٌ لَهُمْ خَيْرٌ وَإِنْ تُخَالِطُوهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ) فَخَلَطُوا
طَعَامَهُمْ بِطَعَامِهِ وَشَرَابَهُمْ بِشَرَابِهِ
Dari
Ibnu Abbas رضي الله عنها, ia berkata: tatkala Allah عزّوجلّ menurunkan ayat: "Dan janganlah kamu dekati
harta anak yatim, kecuali dengan cara yang dibenarkan" dan "Sesungguhnya
orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim…..", Maka setiap orang
yang mengurusi anak yatim pun langsung berangkat setelah itu memisahkan makanan
mereka dan makanan anak itu, minuman mereka dari minuman anak itu. Mereka lebih
mengutamakan makanan anak itu daripada yang untuk mereka. Makanan anak itu
dipisahkan di suatu tempat sampai dimakannya atau menjadi basi. Hal tersebut
sangat memberatkan mereka, kemudian mereka mengadu kepada Rasulullah
صلى الله عليه وسلم. Lalu Allah عزّوجلّ menurunkan ayat: "Dan mereka bertanya
kepadamu (Muhammad) tentang anak yatim, katakanlah: "Berbuat baik kepada mereka
adalah lebih baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah
saudaramu." Kemudian orang-orang menyatukan makanan mereka dengan anak
yatim.
Semoga
pembahasan yang singkat ini bisa semakin menggugah hati dan sanubari kita untuk
bertambah dalam memperhatikan hak-hak anak yatim.
Wallahu
a’lam
Kereeenn
BalasHapus