Powered By Blogger

Minggu, 26 Mei 2013

Ilmu yang Tidak Dimalkan




Amalan adalah buah dari ilmu. Seorang yang berilmu tidak dikatakan berilmu yang sesungguhnya sampai dia mengamalkan apa yang dimilikinya. Sangat banyak dalil yang menunjukkan perintah mengamalkan ilmu yang kita miliki. Di antaranya:
Allah عزّوجلّ berfirman:
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ . صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ
Tunjukilah kami jalan yang lurus. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (QS al-Fatihah [1]: 6-7)
Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang punya ilmu tetapi tidak beramal, sungguh dia telah menyerupai kaum Yahudi yang mendapat murka dari Allah عزّوجلّ. Sebaliknya, orang yang beramal tetapi tanpa ilmu, sungguh dia telah menyerupai kaum nasrani yang telah tersesat. Allah عزّوجلّ tidak menghendaki semua ini, bahkan kita diperintah untuk selalu memohon petunjuk jalan yang lurus, jalannya orang-orang yang telah diberi nik-mat dengan mewujudkan ilmu dan amal, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dari kalangan Yahudi atau jalan orang-orang Nasrani yang tersesat.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
"Barangsiapa  yang  Allah  kehendaki  kebaikan, maka akan Allah pahamkan dia dalam agama."
Imam Ibnul Qayyim رحمه الله, ketika mengomentari hadits di atas, menuturkan, "Maksud keutamaan dalam hadits ini adalah berilmu yang mengharuskan dia beramal. Jika yang dimaksud hanya sekadar berilmu saja, maka hadits ini tidak menunjukkan bahwa orang yang paham dalam agama mendapat kebaikan."
Al-Qur'an dan Sunnah telah memberikan ancaman keras bagi orang tidak beramal padahal dia punya ilmu, atau dia mengajak kebaikan dan beramal tetapi dirinya sendiri tidak mengerjakannya. Sungguh ini adalah perkara yang tidak bermanfaat sama sekali. Di antara dalil-dalil yang menunjukkan ancaman keras tersebut adalah:
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca al-Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir? (QS al-Baqarah [2]: 44)
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
لَا تَزُولُ قَدِمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعِ خِصَالٍ؟ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ؟ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَا أَفْلاَهُ؟ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ؟  وَعَنْ عَلِمهِ مَاذَا عَمِلَ فِيه؟ِ
"Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam pada hari Kiamat hingga ditanya empat perkara: tentang umurnya untuk apa dihabiskan, masa mudanya untuk apa digunakan, hartanya dari mana didapat dan ke mana disalurkan, serta ilmunya apa yang ia perbuat."
Abu Darda' رضي الله عنه mengatakan, "Aku khawatir pada hari Kiamat nanti Allah akan memanggilku di hadapan para makhluk seraya mengatakan, "Wahai Uwaimir, apa yang engkau kerjakan terhadap ilmu yang engkau punya?"
Khathib al-Baghdadi رحمه الله berkata, "Aku wasiatkan kepadamu, wahai penuntut ilmu, untuk mengikhlaskan niat ketika belajar, mengorbankan jiwa untuk mengamalkan tuntutan ilmu tersebut, karena ilmu ibarat pohon dan amalan adalah buahnya. Tidaklah orang itu dianggap alim bila tidak mengamalkan ilmunya. Janganlah engkau lupa beramal selama engkau bergelut dengan ilmu, tetapi gabungkanlah keduanya, ilmu dan amal. Sedikit dari ilmu dan disertai sedikit dari amalan lebih selamat dampaknya. Maksud dari ilmu adalah untuk diamalkan, sebagaimana maksud dari beramal adalah menggapai keselamatan, apabila dia meremehkan beramal dari ilmunya, maka itu akan membawa petaka bagi pemiliknya. Kita berlindung kepada Allah سبحانه و تعالى dari ilmu yang membawa petaka, mewariskan kehinaan yang menjadi harta curian bagi pemiliknya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar