1.
Mengurusi,
merawat serta bergaul dengan mereka dengan baik.
Allah
عزّوجلّ berfirman:
وَيَسْأَلُونَكَ
عَنِ الْيَتَامَى قُلْ إِصْلاَحٌ لَّهُمْ خَيْرٌ وَإِنْ تُخَالِطُوهُمْ
فَإِخْوَانُكُمْ
“Dan
mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah, mengurus urusan mereka
secara patut adalah baik dan jika kalian menggauli mereka, maka mereka adalah
saudaramu.” (QS. al-Baqarah [2]: 220)
2.
Menjaga
harta mereka hingga baligh, kemudian menyerahkannya ketika mereka sudah mencapai
usia nikah atau baligh. Allah سبحانه و تعالى berfirman:
وَابْتَلُواْ
الْيَتَامَى حَتَّىَ إِذَا بَلَغُواْ النِّكَاحَ فَإِنْ آنَسْتُم مِّنْهُمْ رُشْداً
فَادْفَعُواْ إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ وَلاَ تَأْكُلُوهَا إِسْرَافاً وَبِدَاراً
أَن يَكْبَرُواْ وَمَن كَانَ غَنِيّاً فَلْيَسْتَعْفِفْ وَمَن كَانَ فَقِيراً
فَلْيَأْكُلْ بِالْمَعْرُوفِ فَإِذَا دَفَعْتُمْ إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ
فَأَشْهِدُواْ عَلَيْهِمْ وَكَفَى بِاللّهِ حَسِيباً
“Dan
ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika
menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka
serahkanlah kepada mereka harta-hartanya, dan janganlah kamu makan harta anak
yatim melebihi dari batas kepatutan (dan janganlah kamu) tergesa-gesa
(membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. Barangsiapa (di antara pemelihara itu)
mampu, maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu). Dan
barangsiapa miskin, bolehlah ia makan harta itu sepatutnya. Kemudian apabila
kamu menyerahkan harta kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi
(tentang penyerahan itu) bagi mereka. Dan cukuplah Allah sebagai pengawas (atas
persaksian itu).” (QS. an-Nisa" [4]: 6)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar